Pernah seorang ditanya,”Kini kau telah berduka, dirimu lunglai bak habis dimakan waktu. Tapi, apakah kau punya impian? Sekali lagi kutanya, apakah kau masih memiliki impian?
Kemudian ia tersenyum dan menjawab,”Bukan kau yang menentukan impianku. Akulah yang menentukannya. Dan kuyakin, selama Allah masih bersamaku, aku tidak akan merasa sedih dan tidak pula melarutkan penyesalan”.
Konsekuensi bukanlah penyesalan
Secercah harapan selalu muncul ketika suram menimpa. Nyala lilin selalu berguna dikala gelap tiba. Pelangi yang berwarna-warni akan muncul ketika hujan turun membasahi dataran bumi. Bahkan kenikmatan meminum seteguk air baru terasa begitu menyegarkan ketika sedang dalam kehausan yang sangat. Sadarkah bahwa Allah selalu memberikan rahmat di setiap kesulitan?
Ingatlah firman-Nya :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al Insyirah ayat 5-6)
Setiap insan pasti pernah merasakan betapa sulitnya menghadapi kehidupan yang singkat ini. Penyesalan akan selalu muncul di akhir kesalahan yang dilakukan. Namun, bagaimana jika yang muncul hanyalah penyesalan dan penyesalan? Seolah-olah apa yang telah dilakukannya selalu salah? Jika boleh saya menjawab, hanyalah orang lemah yang selalu berpikiran bahwa penyesalan merupakan sebuah akhir dari perjalanan, baik lemah iman ataupun lemah kemampuannya.
Tiada penyesalan jika tiada keputusan. Segala hasil yang diperoleh dari setiap usaha adalah buah dari keputusan yang telah diambil. Segala sesuatu memiliki konsekuensi. Hidup ini juga merupakan konsekuensi yang telah Allah amanahkan kepada diri ini. Tinggalah manusia memilih, manakah konsekuensi yang akan diambil dalam menjalankannya selama nafas masih sanggup berhembus.
Tumbuhkan cahaya iman
Pribadi seseorang dapat sesekali goyah dan hanya berjalan mengikuti alur dimana ia terbawa arus. Aman memang. Sesuatu yang berjalan mengikuti arus biasanya tetap utuh tanpa kurang suatu apapun. Bak sebuah daun yang terbawa arus akan tetap utuh meski air membawanya dari hulu ke hilir. Ia berjalan bersamaan dengan aliran air kemanapun membawanya. Berkelok-kelok kesana kemari, bahkan jika ditemuinya sebuah pusaran air, ia akan ikut berputar dan masuk kedalamnya.
Berbeda dengan sebuah batu di sungai yang terus bertahan pada tempatnya tanpa tergoyahkan. Sakit memang. Kekuatan dashyat aliran selalu menggerusnya setiap saat. Namun, di tengah kesakitannya, ia akan selalu bertahan bahkan hingga air menghancurkannya berkeping-keping tanpa bekas.
Daun dan batu, sebuah perumpamaan yang kiranya cukup untuk dijadikan alasan untuk menggambarkan bagaimana membandingkan antara kesudahan pribadi yang kuat dan lemah. Allah telah memberikan karunia berupa petunjuknya dalam setiap kejadian alam.
Daun yang berguguran dan terbawa oleh arus air tidak memiliki pendirian yang kuat untuk berjalan diatas keyakinannya. Ia tidak bisa memberikan manfaat lebih untuk makhluk Allah disekitarnya. Pergerakannya pun tidak karuan arahnya. Lain halnya dengan batu yang senantiasa bertahan di tengah hempasan arus yang membuatnya sakit. Namun, itulah yang dilakukannya untuk menahan gempuran aliran sungai agar tidak terjadi banjir di wilayah dataran di bawahnya. Kerap kali ia juga dijadikan pijakan bagi makhluk Allah lain yang hendak menyebrangi sungai. Betapa sakitnya terasa olehnya.
Batu memiliki arti kekuatan dan daun memiliki arti kegoyahan hati.
Allah telah menampakkan ilustrasi kehidupan berupa daun dan batu. Kini tinggalah manusia memilih, hendak mempergunakan akal dan hatinya sekuat pertahanan batu, atau goyah seperti daun yang lemah. Pembentukan diri amat berpengaruh pada perilaku dan pemikiran terhadap segala sesuatu yang sedang dihadapi. Seorang yang lemah hanya akan selalu mengeluh dan menampakan segala penyesalan dan penyesalan. Seolah hidupnya yang dilalui serba salah dan menganggap lemah diri sendiri.
Wahai jundullah, sekali lagi ingatlah :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al Insyirah ayat 5-6)
Tumbuhkanlah cahaya iman dalam diri. Fungsikanlah akal yang telah dimiliki dengan baik. Aktifkanlah hati yang ada di dalam dada dan selaraskanlah keduanya. Niscaya dengannya, keteguhan diri akan terbentuk. Kemantapan pendirian akan tersusun sempurna. Sehingga segala keputusan yang diambil dalam setiap menghadapi lika-liku kehidupan akan mantap. Hati pun akan siap dengan setiap konsekuensi yang akan terjadi. Insya Allah semuanya akan terasa ringan dengan adanya keyakinan iman dalam diri.
Bahagiakan nurani
Perjuangan tiada berhenti hingga nafas sampai ke tenggorokan dan mata telah melihat Izrail. Tiada manusia yang lemah jika di dalam kalbunya selalu menghadirkan Allah swt. Perangai pribadinya akan selalu cerah dan menenangkan jika Allah adalah satu tujuan peraduannya. Tiada hati yang akan terserak dan kecewa dalam istikharah kepada-Nya.
Hidup adalah konsekuensi. Setiap keputusan adalah konsekusnsi. Setiap konsekuensi memiliki hasil yang pasti. Namun, keputusan hasil hanya di tangan Allah semata. Indikator kemantapan dalam setiap keputusan adalah kesiapan dalam menerima konsekuensi. Penyesalan boleh terjadi untuk persinggahan taubat, namun bukan penyesalan karena kelemahan iman.
Seorang insan utama, Rasulullah saw. pun memiliki kelemahan ketika beliau memasamkan wajahnya ketika bertemu dengan seorang buta yang hendak berbaiat. Olehnya, Allah langsung menegur beliau dalam kesalahannya tersebut. Seorang nabi mulia pun pernah melakukan kesalahan. Wajarlah kita sebagai manusia biasa melakukan kesalahan. Namun, bukanlah penyesalan yang larut buah dari setiap kesalahan kita. Perbaikilah dan siaplah dengan semua konsekuensi yang harus diterima. Lalu bahagaikanlah nurani dengan siraman jiwa yang teguh.
Bahagiakan nurani agar hati tenang dan mantap. Wujudkan pribadi yang luhur dan bermanfaat. Hanyalah orang-orang yang bermanfaat yang mampu merasakan kebahagiaan umat. Mereka tidak hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka bukanlah benalu yang selalu bersikap egois. Merekalah yang mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Bahkan merekalah yang selalu berjuang meski tak ingin diterakan perannya dalam secarik penampakan wajah di atas banyak orang. Mereka berani berjuang dalam keterpurukan sekalipun karena mereka yakin akan pertolongan Allah dan “Bersama kesulitan pasti ada Kemudahan”, seperti surat cinta yang telah difirmankan-Nya.
Wujudkan impianmu!
Tumbuhlah menjadi manusia yang yakin akan kekuatan Allah. Berkembanglah menjadi seorang yang berpikir akan kebaikan sekitarnya diatas kepentingan pribadi semata. Jadilah insan yang peka atas permasalahan umat yang telah terjadi. Dan wujudkanlah impian diatas impian umat-umat muslim sedunia!
Lakukanlah yang terbaik. Capailah ilmu hingga menusuk hati. Perjuangkanlah hak-hak umat walau tulang terasa remuk tak berpilih. Bakarlah semangat jihad selalu meski bahan bakar tampak telah mengering. Kepakkanlah sayap aqidah hingga menyapu berlintas generasi. Tebarkanlah benih-benih akhlak Islam yang tangguh kepada setiap khalayak yang melintas. Sampaikanlah walau satu ayat cinta yang tulus dari-Nya. Meski deraian air mata dan darah selalu mengalir setiap saat. Yakinlah bahwa Dialah Maha Menyaksikan.
Lakukanlah yang terbaik untuk pengembangan diri dan karakter. Niatkanlah dengan ikhlas untuk meninggalkan jejak-jejak mutiara Islam yang teguh.
- Tegakkanlah majelis dzikir
- Suburkanlah semangat fastabiqulkhairat
- Setirlah hawa nafsu dengan akal dan iman sejati
- Wujudkan lingkungan madani dimanapun kaki berpijak
- Dan Tancapkanlah Tarbiyah disetiap ucapan dan langkah
Dimanapun, sebagai apapun, dalam kondisi apapun, hasilkanlah insan tarbiyah yang kuat. Jadikan setiap diri sebagai pejuang Islam yang tanpa mengenal lelah. Mampu menerima setiap kondisi dan kensekuensi. Insan yang teguh dalam menetapkan keputusan bagi kemaslahatan umat. Manusia yang selalu memberikan berkah kebaikan bagi sekitarnya meski tanpa nama sekalipun karena hanya Allah satu tujuan tertingginya.
Muslim dengan tarbiyah yang memadai pasti mampu menghadapi segala rintangan. Begitu besar keyakinannya akan pertolongan dan keputusan takdir Allah tanpa lelah untuk selalu berjuang hingga kelelahan telah lelah mengikutinya dan kesabaranpun telah menyerah kepadanya. Ia selalu berjuang untuk meraih impiannya. Menegakkan syariat yang telah semestinya berdiri di muka bumi. Syariat Islam yang suci.
Ia akan senantiasa bergabung dalam jamaah iman dengan jalinan ukhuwah yang murni. Mereka adalah senjata Islam dalam kendali langsung dari Allah swt. bahwa apa yang mereka perjuangkan adalah benar. Mereka adalah para pewujud impian-impian suci yang terus berjuang dalam setiap kedukaan yang kerap menimpanya.
Dan yang mereka yakini adalah :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Wallahu’alambishawwab.
Oleh : M. H. Catur Mardiko
Semangat kawan!!!