SEBERAPA ISTIMEWANYA SHOLAT BERJAMAAH?


Ingatkah anda bagaimana perintah sholat diturunkan? Kala itu Rasulullah diperlihatkan suasana yang sangat mengerikan dan diperdengarkan ia dari suara neraka yang bergejoak. Betapa merananya hati beliau tatkala menjumpai bahwa kelak ada juga dari umatnya yang dicelupkan kedalamnya. Tentunya kita patut selalu memperjuangkan keselamatan diri kita daripadanya. Bahkan kesengsaraan terburuk dunia tidak akan sedikitpun menjelaskan setetes siksa azab neraka.

Namun, sungguh Allah begitu Maha Mulia dengan seolah selalu memberikan ketenangan dan kelembutan di hati para hamba-Nya. Senyum dan kebungahan hati Rasul diiringi dengan tangis rindu akan umat syahid yang amat dicintainya tampak pada wajah bersih nan indah itu. Surga dengan segala kenikmatan dan kemustahilan penggambarannya di dunia muncul dihadapan beliau. Sungguh tak sanggup beliau berkata-kata tentang kenikmatan surga kecuali hanya sebagian kecilnya saja. Kenikmatan surga yang Allah sampaikan melalui wahyu-Nya kepada Rasulullah sebagai amanah terhadap seluruh alam.

Beliau nikmati perjalanan Isra Mi’raj dengan penuh keimanan kepada Allah untuk memenuhi tugasnya sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin. Lalu apakah Allah menghendaki pertemuan seluruh Nabi dan Rasul serta memerintahkan Muhammad saw. menjadi Imam Sholat mereka di masjid mulia Al Aqsa hanyalah sebuah perintah sia-sia belaka? Apakah Tuhan Yang Maha Esa memanggil Rasulullah saw. untuk bertemu bercengkrama dengan-Nya seorang diri hanyalah sebagai formalitas belaka karena beliau seorang Nabi?

Tidak! Sungguh demi Allah yang jiwa dan ragaku berada di tangan-Nya, peristiwa mulia ini bukanlah hal yang sia-sia, bukanlah kehendak Muhammad saw. dan bukan pula sebagai formalitas kenabian belaka. Namun jauh, sungguh jauh lebih daripada itu Allah memberikan perintah yang belum pernah sekalipun dilakukan oleh manusia sebelum itu. Perintah yang amat mulia. Perintah yang menjadikan manusia berkesempatan sebagai makhluk paling mulia di dunia dan akhirat. Perintah yang sangat mungkin membuat hewan-hewan, tumbuhan, bumi, matahari atau bahkan malaikat dan jin sekalipun merasa iri kepadanya dikarenakan kemuliaan yang tumbuh darinya.

Perintah yang amat menyejukkan tiap qalbu, yaitu perintah akan menegakkan sholat fardhu. Ibadah yang kesetaraannya tiada bandingannya. Keistimewaannya murni tercipta dalam setiap gerakan dan ucapan sholat. Bingkai keserasian antara niat, fikiran, jiwa dan raga berpadu dalam nikmatnya kekhusyukan sholat. Kenikmatan lain berupa dzikir pada Allah azza wa jalla pun termaktub di setiap bacaan sholat. Itulah buah tangan Rasulullah saw. dari perjalanan sucinya menuju Arsy’ menghadap Tuhannya yang Maha Satu. Sedemikian suci perintah ini hingga dinobatkan sebagai amalan yang pertama kali akan dihisab dan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Lalu masihkah kita meragukan berita besar ini? Masihkah kita menganggap bahwa sholat hanyalah sebuah formalitas dalam beragama? Masihkah Sholat hanya diperlakukan sebagai penggugur kewajiban belaka? Subhanallah, sungguh amat berbeda dengan bagaimana Allah swt. ketika menurunkan perintah mulia ini. Aku berlindung kepada Allah dari segala macam kesombongan diri akan kuasa Illahi Robbi. Sungguh aku sangat takut akan murka dan siksa-Nya di neraka meskipun aku tahu Engkaulah Tuhanku yang Maha satu nan Maha Penyayang lagi Maha Pengasih pada tiap hamba-Nya. Tiada tuhan yang layak disembah selain Allah, Laa Ilaha Ilallah Muhammadu Rasulullah…

Sementara itu perhiasan dalam sholat adalah pada jama’ahnya. Sholat berjamaah sebagai mutiara dalam sholat fardhu. Sebagaimana makanan yang dilengkapi dengan gizi yang cukup. Sebagaimana roti yang dicelup susu dan dibalut madu. Sebagaimana tumbuhan yang diterpa sinar mentari di pagi hari. Sebagaimana sungai yang diiringi suara gemericik air yang menenangkan. Sebagaimana keburukan yang dibalas dengan kebaikan tiada tara. Ketinggian derajat manusia yang melakukan sholat secara berjamaah memiliki nilai yang berlipat-lipat di mata Allah dibandingkan dengan melakukannya secara sendiri.

Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

Deru do’a yang mengalir dari setiap bibir sekumpulan pelaku sholat berjamaah seakan mengalir terbang meninggalkan bumi menuju Arsy’ Allah swt. secara utuh tanpa terkecuali. Suatu tanda terkabulnya do’a dari hamba yang mukmin. Tumbuhnya jajaran shaff sholat berjama’ah bak bangunan yang kokoh seolah tidak ada sesuatupun yang mampu menembusnya. Barisan yang mampu menumbuhkan bibit-bibit kekuatan ikatan ukhuwah Islamiyah oleh setiap muslim dimanapun berada.

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (Q.S. As Saff : 61)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Dari Abu Musa,

“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalanannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)

Barisan yang dimana cahaya malaikat menaunginya dan mencatat serta mendo’akan pada tiap-tiap diri yang khusyuk. Keberlipatan pahala sholat berjama’ah layaknya sebesar kecintaan Muhammad saw. kepada umatnya dan kasih sayang Allahu Robbi kepada setiap hamba-Nya yang beriman tanpa terkecuali. Sungguh tiada bandingannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Abu Hurairah,

“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)

Wallahu’alam bisshawwab.

Oleh : M. H. Catur Mardiko

Iklan

Silahkan Balas.., Monggo.. :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s